Sore itu, Aku dan Burhan
tidak menyadari akan terjadinya peristiwa besar besok pagi, saat itu aku
bermain sepak bola bersamanya, dia adalah Burhan teman sekampung halamanku di
Yogyakarta kabupaten bantul kecamatan srimulyo. Kami menikmati permainan bola
sore itu namun kemudian Azan magrib pun berkumandang menandakan waktunya
mengakhiri permainan, dan kembali kerumah, kemudian mandi dan melanjutkan
sholat magrib. Malam itu ia pergi kerumahku untuk mengerjakan tugas sekolah
yang akan di kumpulkan besok, kami bergitu serius mengerjakan tugas itu, tanpa
sadar waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, untung tugas sekolah yang kami
kerjakan sudah selesai, kemudian ia pamit pulang kerumah.
Jam 05.56 Pagi itu
setelah Burhan memberi makan ternaknya, ia pun berjalan menuju rumah dan ia
menyadari bahwa terjadi gempa ia mencoba berlari menuju rumah tapi besarnya
gempa membuat ia pun terjatuh, kakinya pun terkilir tapi ia tetap berjalan
dengan pincang menuju rumah, raut wajahnya berubah seketika melihat bagian
rumahnya yang hancur akibat tanah goyang. Di depan rumahnya ibu Burhan menagis
karena adiknya masih tidur didalam, untuglah sang ayah keluar dari rumah dengan
mengedong adiknya. Beberapa luka di alami oleh ayah Burhan, ia sangat
mengkhawatirkannya tapi ayah Burhan berkata “ Luka ini tidak lah seberapa,
dibanding akan kehilangan seorang anak “, Burhan pun bersyukur menegetahui
keluarganya telah selamat. Warga lain saat itu
berduyun-duyun keluar rumah untuk mencari tempat yang aman jalan semakin
sempit di padati manusia, raut panik sangat terpancar dari wajah mereka.
Pada pukul 07.00 wib,
berhembus isu adanya tsunami dari arah selatan tetapi kami bersyukur daerah
yang kami tinggali pegunugan yang agak jauh dari laut. Selang beberapa saat terjadi gempa kedua yang
cukup besar. Gempa susulan yang masih sering terjadi hingga malam tiba membuat
warga tak berani berada di dalam rumah. Apalagi setelah gempa listriknya mati,
informasi saat itu hanya bisa didapatkan dari radio, Orang-orang saat itu pun
di arahkan oleh ayah Burhan sebagai kepala desa untuk membuat tenda di halaman
rumah Burhan yang luas.
Hingga satu minggu
pasca gempa, banyak orang yang masih tinggal di tenda darurat. Rumah-rumah
yangtak runtuh kosong dari penghuninya. Mereka kebanyakan masih trauma dengan kejadian
itu. Listrik yang mati baru hidup pada hari ke tujuh. Bantuan dalam bebrbagai
bentuk pun terus berdatangan saat itu.
Komentar
Posting Komentar